Dia. Kekacauan paling menyenangkan tapi pandai membuatku jatuh cinta sampai berulang-ulang.
Dia. Seseorang paling menyebalkan tapi bisa dengan mudahnya menjadi sesuatu yang selalu ku rindukan.
Dia. Manusia paling keras kepala dari yang pernah ada tapi dengannya juga aku selalu meminta agar alam semesta bersedia menyatukan kita.
Dia. Sesuatu yang kehadirannya tidak pernah diduga tapi namanya bisa dengan cepat terpahat di tubuh do'a.
Dia. Harapan yang masih belum pasti tapi tak hentiku semogakan di balik malam-malamku yang sunyi.
Dia. Cinta yang mungkin saja hadir untuk menguji tapi selalu ku aminkan untuk menjadi takdir diri.
Dia. Satu yang paling mengganggu tapi telah menjadi salah satu bagian dari mimpi-mimpi di masa depanku.
Dia. Ketentuan Allah yang masih semu tapi harap yang menggema di dalam kalbu tak pernah lepas menginginkan hadirnya menjadi nyata untukku.
Senin, 12 Februari 2018
Februariku
Aku berdiam dan bersetubuh dengan malam,
Sudah pasti langit jingga berganti hitam,
Bergeming dengan tinta hitam memeluk kesunyian,
Mencoba memahami ruang luas bernama perasaan,
Ku rangkai satu kata demi kata,
Tentang cinta yang saling bersengketa,
Kenyamanan hilang makna,
Dan kesedihanpun melanda,
Februariku tak lagi sama,
Beda dari sebelumnya,
Ia rumit,
Menangis dan menjerit.
Batang, 13 Februari' 18
Langganan:
Postingan (Atom)